Ejaa∞
Hey welcome to my blog ^^ I hope you enjoy by reading my blog :)
Rabu, 20 Juni 2012
Kamis, 26 April 2012
Akhir Penderitaan Yurie
“Bangun !!!”
Bentak Daddy. “Anak cewek jam segini baru bangun ! Mau jadi apa kamu? Kerjaan
masih banyak yang belum selesai, cepat bangun kuras bak mandi, setrika semua
pakaian dan bersihkan rumah!” perintah daddy dengan seenaknya. “Kalau sampai
okaasan sama daddy pulang kerjaan belum selesai jangan harap kamu dapat uang
saku minggu ini !” tambah mengancam.
Yah… inilah yang Yurie alami setiap hari minggu jam 06.30. Yurie selalu jadi pembantu di rumahnya sendiri. Sementara okaasan, daddy, Jessy, dan Larry yang menyebalkan sedang bersenang-senang. Jessy dan Larry adalah adik tiri Yurie, bisa dilihatkan dari nama saja udah beda modelnya, Yurie berbau Jepang, sedangkan Jessy dan Larry berbau barat. Setelah otousan (ayah) meninggal, okaasan nikah lagi sama Daniel Hoffman, pria berkebangsaan Inggris. Dan otomatis nama okaasan yang semula Inggrid Sawajiri, menjadi Inggrid Hoffman. Yah.. benar otousannya Yurie adalah pria Jepang, Rui Sawajiri. Tapi okaasannya bukan orang Jepang melainkan orang Indonesia asli, jadi Yurie Indo-Jepang. Beda dengan Jessy dan Larry yang Indo-Inggris. Otousan meninggal waktu Yurie umur 9 tahun. Dan sekarang umur Yurie udah 17 tahun. Okaasan menikah lagi saat Yurie berunur 10 tahun, dan waktu itulah awal penderitaan Yurie dimulai.
Setiap hari Yurie bekerja tanpa henti, waktu istirahatnya hanya pada waktu sekolah dan tidur malam saja. Tapi karena Yurie adalah cewek tegar dia sanggup bertahan dengan semua ini. Dan satu-satunya alasan dia bertahan sampai saat ini adalah okaasan. Orang yang paling dia cintai di dunia ini. Tapi karena okaasan sudah menutup mata dan hatinya buat Yurie, jadi okaasan gak tahu seberapa besar cinta Yurie padanya.
“Kamu ! kenapa gak kabur aja ke tempat nenek kamu sih?” ujar Mufi sewot. Diantara 3 sahabat Yurie cuma Mufi yang tahu tentang masalah Yurie. Yang lainnya cuma tahu kalau Yurie bukan anak kandung Daniel Hoffman.
“Aku gak mau bikin mereka ngerasa menang karena sudah berhasil nyingkirin aku gitu aja. ”Kata Yurie mantap. “Kamu masih bisa tahan yah? Kalau aku sudah gak tahan lagi dari dulu.” Kata Mufi nyerah.
“Mufi, makasih yah udah mau jadi tempat sampah perasaan buat aku selama ini” kata Yurie seraya memeluk Mufi. “Jangan bosen dengerin aku nangis, tawa, dan marah-marah yah?” pecah tangis Yurie dalam pelukan Mufi.
“ I’ll be there for you babe..” Mufi balas memeluk erat Yuri…
Sebenarnya Jessy dan Larry masih kecil-kecil, tapi nakalnya minta ampun. Jessy 5 tahun, sedangkan Larry 2 tahun. Setiap hari kerja mereka hanya merecoki Yurie bekerja. Kadang bikin masalah sampai daddy mau ngebunuh Yurie, padahal yang salah mereka. Pernah suatu hari Yurie tanpa sengaja membuat Jessy terluka. Dan hasilya Yurie mendapat lebam di pipi dan bibirnya. Bukan hanya itu saja penderitaan Yurie. Yurie termasuk anak yang cerdas di sekolahnya, tapi itu dulu waktu SD. Dan sekarang untuk mencapai nilai 6 saja sangat sulit rasanya. Semua waktu belajar Yurie tersita utuk pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan.
Sekarang Yurie duduk di kelas XII SMA, dan beberapa minggu lagi Yurie akan menempuh Ujian Nasional. Dia butuh sekali les atau Bimbingan Belajar seperti teman-temannya yang lain, tapi apa yang ia dapat (?) hanya tolakan yang diikuti cacian dari daddy. “Buat apa les-lesan kayak gitu? Kalau bodoh, bodoh saja gak usah pakai les-lesan !!!” bentak daddy. “Oh iya, kamu juga gak akan daddy kuliahin, buat apa ngabisin uang buat nguliahin kamu, lagian akhirnya kamu bakal jadi pengangguran dan jadi ibu rumah tangga seperti kebanyakan wanita”. Mendengar hal itu kepala Yurie serasa ditimpa batu besar yang beratnya berkilo-kilo.
DI sekolah, Yurie merasa tidak enak badan, kepalanya sangat sakit. Saat dia berjalan di koridor menuju kelasnya pandangannya serasa memudar, dan gelap. Yurie pingsan. Setelah sadar Yurie sudah ada di klinik sekolah, dan anak cowok yang duduk di samping ranjang, Nico. Temen sekelas Yurie.
“Kok aku bisa ada di sini sih?“ Tanya
Yurie heran.
“Tadi kamu pingsan di koridor depan kelas, untung aku belum pulang, jadi aku angkat kamu ke sini. Kamu berat juga ya?“ jelas Nico sambil bercanda. “Gak ikhlas nih ceritanya?“ tanya Yurie marah.
“Gak kok bercanda. Sekarang kamu mau kemana? Aku anterin yah?“ Nico menawari. “Gak usah aku bisa sendiri kok.“ kata Yurie sambil berusaha bangun dari ranjang putih klinik, tapi gak bisa. “Yeh ni anak ditawarin gak mau, bangun aja susah gimana mau pulang?“ kata Nico sambil membantu Yurie bangun. “Makasih ya?“ kata Yurie tulus.
“Sama-sama, sebagai tanda terima kasih kamu harus mau aku anterin pulang.“ kata Nico memaksa. “Iya deh, itung-itug irit ongkos pulang. Hehehe,,,,“ canda Yurie. “Dasar!!!“ kata Nico sambil mengacak-acak rambut Yurie. Yurie merasa kalau sentuhan Nico di rambut Yurie sama kayak sentuhannya otousan dulu. Sentuhan yang ia rindukan selama ini. Sentuhan yang lembut dan takkan pernah bisa Yurie lupakan.
“Tadi kamu pingsan di koridor depan kelas, untung aku belum pulang, jadi aku angkat kamu ke sini. Kamu berat juga ya?“ jelas Nico sambil bercanda. “Gak ikhlas nih ceritanya?“ tanya Yurie marah.
“Gak kok bercanda. Sekarang kamu mau kemana? Aku anterin yah?“ Nico menawari. “Gak usah aku bisa sendiri kok.“ kata Yurie sambil berusaha bangun dari ranjang putih klinik, tapi gak bisa. “Yeh ni anak ditawarin gak mau, bangun aja susah gimana mau pulang?“ kata Nico sambil membantu Yurie bangun. “Makasih ya?“ kata Yurie tulus.
“Sama-sama, sebagai tanda terima kasih kamu harus mau aku anterin pulang.“ kata Nico memaksa. “Iya deh, itung-itug irit ongkos pulang. Hehehe,,,,“ canda Yurie. “Dasar!!!“ kata Nico sambil mengacak-acak rambut Yurie. Yurie merasa kalau sentuhan Nico di rambut Yurie sama kayak sentuhannya otousan dulu. Sentuhan yang ia rindukan selama ini. Sentuhan yang lembut dan takkan pernah bisa Yurie lupakan.
“Kenapa? Kok bengong? “ Tanya Nico yang
heran melihat Yurie bengong.“ gak apa-apa kok. “ jawab Yurie. Di dalam mobil
Nico, mereka saling diam tak ada yang memulai pembicaraan. Tapi Yurie tak suka
dengan situasi seperti ini, dan akhirnya dia bertanya. “Kok aku bisa pingsan
sih?“ Tanya Yurie pada Nico. “Kok nanya aku sih? Kan yang pingsan kamu.“ jawab
Nico heran. “Oh iya kau sakit apa sampai pingsan kayak gitu?“ gantian Nico
Tanya.
“Gak tau, seumur-umur aku baru
ngerasain tentang yang namanya pingsan. Mungkin aku Cuma kecapekan saja.“ jawab
Yurie. “Tapi akhir-akhir ini aku sering ngerasa pusing kayak gini.” Jelas Yurie
pada Nico. “Kamu gak check-up ke dokter?“ Tanya Nico.
“Hehehe, belum sempat, maklumlah kan aku orangnya sibuk.“ jawab Yurie bercanda, inilah yang dilakuin Yurie di luar rumah, menutupi keadaannya yang sebenarnya. Dia gak ingin semua orang tau kalau hidupnya menderita. Cuma Mufi yang tau penderitaannya.
“Dasar udah pingsan kayak gitu masih sempet bercanda.“ kata Nico sambil mengacak-acak rambut Yurie lagi. Gak tau, lama-lama Yurie merasa senang kalau rambutnya diacak-acak Nico, kayak ada otousan di sini pikir Yurie. “Gimana kalau sekarang aku anterin kamu check-up?“ kata Nico menawari Yurie. “Gak usah gak apa-apa kok. Aku bisa check-up sendiri.“ kata Yurie menolak tawaran Nico sopan.
“Gak mau? Om aku dokter loh. Jadi bisa ngirit ongkos check-up.“ kata Nico menggoda Yurie.“ Iya udah berhubung kamu diam berarti kita ke kliniknya om aku sekarang.“ kata Nico sambil memutar balik arah yang mereka tuju.
“Hehehe, belum sempat, maklumlah kan aku orangnya sibuk.“ jawab Yurie bercanda, inilah yang dilakuin Yurie di luar rumah, menutupi keadaannya yang sebenarnya. Dia gak ingin semua orang tau kalau hidupnya menderita. Cuma Mufi yang tau penderitaannya.
“Dasar udah pingsan kayak gitu masih sempet bercanda.“ kata Nico sambil mengacak-acak rambut Yurie lagi. Gak tau, lama-lama Yurie merasa senang kalau rambutnya diacak-acak Nico, kayak ada otousan di sini pikir Yurie. “Gimana kalau sekarang aku anterin kamu check-up?“ kata Nico menawari Yurie. “Gak usah gak apa-apa kok. Aku bisa check-up sendiri.“ kata Yurie menolak tawaran Nico sopan.
“Gak mau? Om aku dokter loh. Jadi bisa ngirit ongkos check-up.“ kata Nico menggoda Yurie.“ Iya udah berhubung kamu diam berarti kita ke kliniknya om aku sekarang.“ kata Nico sambil memutar balik arah yang mereka tuju.
“Nico kok kamu gitu sih?“ Tanya Yurie
gak suka. “Aku kan gak bilang kalau aku mau, lagian kan aku udah bilang kalau
aku mau check-up sendiri.“ kata Yurie marah pada Nico. “Aku gak mau kamu
kenapa-kenapa Yurie.“ “Apa urusan kamu kalau aku kenapa-kenapa?“ Tanya Yurie
marah.
“Jelas itu urusan aku, Karena aku suka sama kamu rie,,,“ kata Nico kelepasan bicara. Nico menepikan mobilnya.“ Maaf kalau aku ngomong kayak gitu, tapi itu emang perasaan aku sama kamu dari dulu. Aku ngubur ini, karena aku gak mau kamu benci sama aku gara-gara aku suka sama kamu dan kamu bakal ngejauhin aku.“ kata Nico sambil nunduk gak berani menatap mata Yurie.
Dan akhirnya mereka berdua jadian, dan kemarin Nico langsung nganterin Yurie check-up. Sekarang mereka lagi nunggu hasilnya di kliniknya omnya Nico. “Kira-kira aku sakit apa ya?“ Tanya Yurie pada Nico. “Ah… palingan cuma sakit kepala biasa.“ kata Yurie nenangin diri. “Jangan khawatir kamu pasti baik-baik aja.“ kata Nico menghibur Yurie. “Kalian sudah datang?“ Om Andre muncul dari ruangannya.“ Ayo masuk ke ruangan om!“ ajaknya. Setelah mereka duduk, om Andre mulai menjelaskan apa penyakit yang didera Yurie. Awalnya Yurie gak percaya. Tapi memanglah itu takdir Tuhan. Yurie mengidap kanker otak stadium 4 dan itu adalah penyakit yang menyebabkan otousannya meninggal.
“Jelas itu urusan aku, Karena aku suka sama kamu rie,,,“ kata Nico kelepasan bicara. Nico menepikan mobilnya.“ Maaf kalau aku ngomong kayak gitu, tapi itu emang perasaan aku sama kamu dari dulu. Aku ngubur ini, karena aku gak mau kamu benci sama aku gara-gara aku suka sama kamu dan kamu bakal ngejauhin aku.“ kata Nico sambil nunduk gak berani menatap mata Yurie.
Dan akhirnya mereka berdua jadian, dan kemarin Nico langsung nganterin Yurie check-up. Sekarang mereka lagi nunggu hasilnya di kliniknya omnya Nico. “Kira-kira aku sakit apa ya?“ Tanya Yurie pada Nico. “Ah… palingan cuma sakit kepala biasa.“ kata Yurie nenangin diri. “Jangan khawatir kamu pasti baik-baik aja.“ kata Nico menghibur Yurie. “Kalian sudah datang?“ Om Andre muncul dari ruangannya.“ Ayo masuk ke ruangan om!“ ajaknya. Setelah mereka duduk, om Andre mulai menjelaskan apa penyakit yang didera Yurie. Awalnya Yurie gak percaya. Tapi memanglah itu takdir Tuhan. Yurie mengidap kanker otak stadium 4 dan itu adalah penyakit yang menyebabkan otousannya meninggal.
Yurie hanya bisa mendengar hal itu.
Dan ternyata dia sudah mulai merasakan gejalanya saat dia duduk di bangku SMP.
Nico sama kagetnya dengan Yurie, tapi dia berusaha tegar, agar bisa menghibur
Yurie.
Berarti waktu aku tinggal sebentar lagi, pikir Yurie dalam hati. Setelah meminta om Andre dan Nico untuk tidak memberitahukan pada yang lain Yurie meminta Nico mengantarknnya pulang.
Hari kelulusan tiba, Yurie dan Nico lulus dengan nilai yang cukup bagus, Yurie sangat senang dengan hasil nilainya, dia merasa okaasan akan puas karenanya. Tanpa terasa dia bisa melalui hari-hari yang menyakitkan untuk mencapai hari ini. Setelah ini dia ikhlas Tuhan akan mengambilya kembali.
Dia ingin sekali cepat-cepat pulang ke rumah, dan nunjukin semuanya ke okaasan, sesampainya di rumah apa yang ia dapatkan? “Apa ini? “ teriak daddy sambil memegang botol obat-obatan Yurie.
Mati aku, daddy nemuin itu semua. Pandangan Yurie mulai kabur dan kepalanya mulai sakit, dan sakit yang ini lebih sakit dari yang selama ini Yurie rasain. “Okaasan nemuin itu di kamar kamu, jadi selama ini kamu mengonsumsi obat-obatan gak jelas ini?“ Tanya okaasan. “Jawab!!!“ bentak daddy.
Setelah itu Yurie tidak tau apalagi yang terjadi.
Yurie mendengar apa yang mereka semua bicarakan, tapi dia tak bisa bergerak dan membuka mata. Dia mendengarkan suara om Andre yang sedang membicarakan penyakitnya dengan daddy dan okaasan, dia mendengar okaasan menangisi dirinya, mencium pipinya, tangannya. Dan dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia mendengar okaaan marah sama daddy, dia bilang semua ini salah daady yang terlalu keras sama Yurie, dari jawaban daddy, dia terdengar sangat menyesal. Dia mendengar Jessy dan Larry menangis bersamaan, mereka bertanya kenapa Yurie tidur terus dan tak bangun. Dia juga mendengar suara Mufi dan yang lain, mereka menjenguk Yurie, mereka semu menangis.
Kalian kenapa nangis? Aku masih di sini sama kalian. Aku belum meninggal. Kata batin Yurie.
Tak lama kemudian dia mendengar suara Nico, orang yang selalu setia menemaninya selama ini. Yurie merasakan setuhan tangan lembut Nico memegang tangannya. Dia cuma bisa menangis melihat semua orang yang dia sayangi bersedih karena dia. Dia berharap setelah dia pergi tak ada lagi orang bersedih. Dan semuanya berubah menjadi gelap. Dia telah pergi. Yurie telah pergi meninggalkan semuanya.
Berarti waktu aku tinggal sebentar lagi, pikir Yurie dalam hati. Setelah meminta om Andre dan Nico untuk tidak memberitahukan pada yang lain Yurie meminta Nico mengantarknnya pulang.
Hari kelulusan tiba, Yurie dan Nico lulus dengan nilai yang cukup bagus, Yurie sangat senang dengan hasil nilainya, dia merasa okaasan akan puas karenanya. Tanpa terasa dia bisa melalui hari-hari yang menyakitkan untuk mencapai hari ini. Setelah ini dia ikhlas Tuhan akan mengambilya kembali.
Dia ingin sekali cepat-cepat pulang ke rumah, dan nunjukin semuanya ke okaasan, sesampainya di rumah apa yang ia dapatkan? “Apa ini? “ teriak daddy sambil memegang botol obat-obatan Yurie.
Mati aku, daddy nemuin itu semua. Pandangan Yurie mulai kabur dan kepalanya mulai sakit, dan sakit yang ini lebih sakit dari yang selama ini Yurie rasain. “Okaasan nemuin itu di kamar kamu, jadi selama ini kamu mengonsumsi obat-obatan gak jelas ini?“ Tanya okaasan. “Jawab!!!“ bentak daddy.
Setelah itu Yurie tidak tau apalagi yang terjadi.
Yurie mendengar apa yang mereka semua bicarakan, tapi dia tak bisa bergerak dan membuka mata. Dia mendengarkan suara om Andre yang sedang membicarakan penyakitnya dengan daddy dan okaasan, dia mendengar okaasan menangisi dirinya, mencium pipinya, tangannya. Dan dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia mendengar okaaan marah sama daddy, dia bilang semua ini salah daady yang terlalu keras sama Yurie, dari jawaban daddy, dia terdengar sangat menyesal. Dia mendengar Jessy dan Larry menangis bersamaan, mereka bertanya kenapa Yurie tidur terus dan tak bangun. Dia juga mendengar suara Mufi dan yang lain, mereka menjenguk Yurie, mereka semu menangis.
Kalian kenapa nangis? Aku masih di sini sama kalian. Aku belum meninggal. Kata batin Yurie.
Tak lama kemudian dia mendengar suara Nico, orang yang selalu setia menemaninya selama ini. Yurie merasakan setuhan tangan lembut Nico memegang tangannya. Dia cuma bisa menangis melihat semua orang yang dia sayangi bersedih karena dia. Dia berharap setelah dia pergi tak ada lagi orang bersedih. Dan semuanya berubah menjadi gelap. Dia telah pergi. Yurie telah pergi meninggalkan semuanya.
***
Kategori:
Cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)